Jumat, 16 Januari 2015

Aneka Budaya Bumi Cendrawasih dalam Enam Festival

Papua dan Papua Barat dua provinsi di ujung Timur Indonesia bukan hanya memiliki kekayaan alam pegunungan dan bahari, pun bermacam budaya khas dari beragam sukunya. Sekurangnya sampai saat ini ada 6 festival budaya yang kerap diselenggarakan di daerah yang terkenal dengan kuliner Papeda dan satwa Burung Cendrawasih ini.

Di Papua Barat, pecahan dari Papua, tedapat Festival Bahari Raja Ampat. Sedangkan di Papua ada Festival Teluk Humboldt, Festival Budaya Kamoro di Timika, Festival Budaya Asmat, Festival Danau Sentani di Jayapura, dan Festival Lembah Baliem di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.

Festival Bahari Raja Ampat pertama kali digelar tahun 2010. Biasanya pembukaannya berlangsung di Pantai Wisata Waisai. Serangkaian kegiatan meramaikan festival ini seperti  pertunjuan kesenian dan kreativitas, parade perahu adat, pameran seni kerajinan tangan tradisional, lomba foto bawah laut, pameran, seminar  tentang menyelam (diving) yang berwawasan lingkungan dan fotografi bawah air serta wisata minat khusus.

Aneka seni pertunjukan yang ditampilkan antara lain Yospan Jalan, Wayase, Tari Hulahula, dan Suling Tambur. Festival ini juga memamerkan kuliner khas Raja Ampat yang serba ikan. 

Festival ini juga menjual paket wisata untuk pengunjung festival seperti tur birdwatching dengan melihat endemik cendrawasih botak dan kasuari, tur diving, tur snorkeling, dan jelajah kampung wisata. 

Penulis Buku “15 Destinasi Wisata Terbaik di Indonesia”, Barry Kusuma menyarankan waktu terbaik berwisata ke Raja Ampat pada saat festival bahari, biasanya bulan Agustus. Karena selain bisa menikmati keindahan laut dengan diving dan snorkeling, juga bisa melihat beragam budayanya.

Festival Teluk Humboldt yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah Papua ini berlangsung di Pantai Hamadi, Jayapura. Tujuannya untuk memajukan kearifan lokal dalam rangka memajukan ekonomi kreatif di tanah Papua, khususnya di Jayapura.

Fesrtival ini diisi serangkaian acara pementasan kesenian budaya seperti pergelaran tari tradisional, suling tambur, batik Papua, kuliner, dan kerajinan tradisonal serta aneka lomba seperti lomba anyam rambut, merangkai pinang, dan lomba masak menu tradisional.

Tur wisatanya ke objek wisata peninggalan PD II, panorama Pantai Hamadi, dan pantai lainnya di Teluk Humboldt. Waktu pelaksanaan festival ini pada awal Agustus  setiap tahunnya.

Festival Kamoro diselenggarakan oleh Suku Komoro. Suguhan utama festival ini antara lain Tarian  Kasuari yang dibawakan oleh sekitar 20 pria Kamoro membentuk dua baris panjang.

Tarian ini menceritakan tentang pemuda Kamoro yang jatuh cinta dengan seorang gadis, namun hubungan mereka ditentang ayah si gadis. Si pemuda lari ke hutan dan menjadi kasuari. Saat dia kembali ke desa, warga tidak mengenalinya dan dia hampir saja diburu. Namun warga akhirnya sadar, dia itu pemuda yang lari ke hutan. Pemuda itu kemudian mengajari warga desa Tarian Kasuari.

Dalam festival ini juga ditampilkan para mama Papua yang  membuat sagu, membakar ikan, dan ulat sagu, serta menyiapkan cacing tambelo untuk dimakan. Sedangkan kaum prianya menabuh tifa. Dalam festival ini kerajinan ukiran kayu Suku Kamoro juga dipamerkan dan dijual.

Dibanding festival lainnya, Festival ini tidak begitu dikenal lantaran waktu penyelenggaraan tidak menentu, bahkan dalam setahun Festival Kamoro bisa dilakukan beberapa kali.

Festival Danau Sentani mengambil lokasi di Danau Sentani, tepatnya di Kawasan Wisata Khalkote, Sentani Timur. sekitar 20 Km dari pinggiran Jayapura ibu kota Provinsi Papua. Tahun ini merupakan penyelenggarakan yang ke-8.

Festival  ini menghadirkan pesta rakyat dan pagelaran seni budaya antara lain Tarian Isosolo yakni tarian magis yang erat dengan kehidupan di Danau Sentani. Isosolo terdiri dari dua kata, yaitu Iso dan Solo atau Holo.

Iso artinya bersukacita dan menari mengungkapkan perasaan hati. Sedangkan Holo atau solo berarti kelompok atau kawanan dari semua kelompok umur baik anak-anak, ibu-ibu atau orang dewasa laki-laki yang menari. Isosolo sendiri berarti kelompok orang yang menari dengan sukacita mengungkapkan perasaan hati. Isosolo dilakukan diatas gabungan beberapa perahu dan di pelataran di darat yang disebut Yau.

Dimeriahkan juga  dengan beragam lomba selama empat antara lain lomba dayung perahu untuk laki-laki dan perempuan, lomba suling tambur, dan lomba folk song dengan lagu khusus dari Tanah Tabi serta pukul tifa bersama.

Tak ketinggalan tur wisata ke Pulau Asei dan Pulau Ajun yang menampilkan tarian dan ritual budaya setempat.

Danau Sentani merupakan salah satu danau terbesar di Papua. Danau sepanjang 30 Km ini berada di ketinggian 75 Mdpl. Di perairan danau ini ada 22 pulau kecil yang tersebar di seluruh danau yang terbagi jadi tiga wilayah yakni Timur, Tengah, dan Barat. Ada 24 Kampung adat yang masuk ke tiga wilayah ini yang dibedakan berdasarkan dialek Bahasa Papua.

Tak kalah menarik melihat kegiatan warga lokal yang ramah sambil mencoba proses pembuatan sagu, makan papeda disantap dengan lauk kuah kuning ikan gabus yang ditangkap di Danau Sentani, atau mencicipi buah matoa yang biasa dijajakan di pinggir jalan atau di pasar tradisional. Harganya mulai dari Rp 30.000 per buah.

Dalam festival ini, pengunjung bisa membeli lukisan kulit kayu di Desa Asei yang masyarakatnya ahli membuat lukisan di atas kulit kayu dengan beragam motif lokal yang khas. Harganya ini mulai dari Rp 10.000.

Festival yang biasanya diadakan pada pertengahan bulan Juni setiap tahunnya ini juga  menampilkan kebudayaan dari 19 suku yang hidup di sekitar Danau Sentani, selain itu juga menampilkan kebudayaan suku para pendatang di Papua seperti Bugis, Makassar, Tanah Toraja dan lainnya.

Festival Budaya Asmat sudah digelar sejak tahun 1981.Tujuannya semula bukan untuk menjaring wisman sebanyak mungkin melainkan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat Asmat agar tidak luntur. Hasilnya cukup membanggakan dengan ditetapkan Asmat oleh PBB sebaga situs warisan budaya dunia pada tanggal 13 Februari 2004.

Festival ini diramaikan serangkaian kegiatan  seperti pameran  ukiran khas Asmat yang selama ini menjadi daya tarik kuat festival ini. Ukiran kayu asmat menghasilkan karya seni luar biasa dalam bentuk perisai, kano, pahatan, dan drum. Pada penutupan festival akan ada acara pelelangan karya seni suku Asmat. Selain itu ada pentas seni musik tradisional, menari, lomba perahu, dan mengayam.

Suku Asmat memilik 12 subsuku yang masing-masing memiliki ciri khas dalam setiap seni pahatan kayunya. Ada subsuku yang menonjolkan ukiran patungnya ada juga yang menonjolkan ukiran salawaku (perisai) dan ada pula yang memiliki ukiran untuk dinding dan peralatan perang. Hal yang paling istimewa adalah setiap karya ukir tidak memiliki kesamaan atau duplikat. Festival ini dilaksanakan pada pertengahan Oktober setiap tahunnya.

Festival Budaya Lembah Baliem yang diselenggarakan di Wamena ini menampilkan pertunjukan dari beragam suku yang bermukim di dataran Wamena hingga Lembah Baliem.

Masing-masing sukunya menampilkan  keunikan corak yang terlukis di wajah dan badannya. Serangkaian acara meramaikan festival ini seperti tari-tarian, lomba menganyamn Noken, lomba Karavan Babi, Tiup Pikon, Lempar Sege, Puradan, dan lomba Sikoko. Khusus untuk Lempar Sege para turis juga diberi kesempatan untuk mengikuti perlombaan tersebut.

Penyelenggaraan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) 2015 atau ke 26 akan digelar di Distrik Walesi. Tahun lalu bertempat di Wossilimo  Hal ini n disampaikan Bupati Kabupaten Jayawijaya Wempi Wetipo. SH. MH, saat menutup secara langsung FBLB ke 25 di Wossilimo.

Dari 40 distrik  di Kabupaten Jayawijaya, sebanyak 36 distrik  turut  mengikuti atraksi perlombaan, sementara 4 distrik lainnya tidak turut mengambil bagian. 

Di festival ini kita juga ditampilkan  atraksi perang antarsuku yang dimulai dengan penentuan skenario pemicu perang. Ada pula aksi lempar tombak yang didemonstrasikan oleh warga suku di sana. Pengunjung pun diperbolehkan untuk ikut mencoba lempar tombak ini dan memanah.

Pengunjung juga bisa melihat dan masuk ke dalam Honai, rumah adat Papua dan melihat para mama Papua membuat kerajinan khas Lembah Baliem seperti tas noken dan kalung. Festival ini biasanya diadakan pada pertengahan Agustus setiap tahunnya.

Naskah & foto: sangpujangga (ronabudaya@gmail.com)

Captions:
1. Berfoto dengan orang-orang Papua saat festival.
2. Gaya khas salah satu suku Papua dalam Festival Danau Sentani.
3. Salah satu desa wisata di Raja Ampat.
4. Di Papua, tua muda menginang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar