Jumat, 16 Januari 2015

Kiat Bangkitkan Ludruk Agar Tak Terpuruk

Ludruk sempat berjaya kemudian memudar, tergeser beragam kesenian lain yang tampil lebih ciamik. Belakangan kesenian drama tradisional asal Jawa Timur ini kembali menggeliat berkat upaya yang dilakukan sejumlah pihak, salah satunya dengan memperbaiki kemasannya agar lebih menarik dan kekinian.

Ludrukan Kartolo Mbalelo di Jakarta beberapa waktu lalu boleh dibilang menjadi tonggak kebangkitan kesenian ludruk yang sempat mati suri, meskipun sebelumnya sudah ada pementasan ludruk lainnya.

Kesuksesan Kartolo Mbalelo membetot perhatian masyarakat Jakarta, membuktikan kesenian ini masih punya daya tarik. Tentu kesuksesan itu tidak datang dengan sendirinya.

Berdasarkan pengamatan penulis, kesuksesan ludrukan Kartolo Mbalelo terletak dari kemasannya, antara lain mengikutsertakan sejumlah public figure tersohor dan atau kontroversial dari berbagai profesi antara lain Ketua MA Mahfud MD, Politikus PDIP Pramono Anum, Menpora Andi Malarangeng, dan penyanyi dangdut si Ratu Ngebor Inus Daratista.

Selain itu, promosi pra pementasannya lumayan gencar, ditambah penggabungan pameran kuliner khas Jawa Timur yang cukup punya andil mengundang minat orang untuk datang.

Hal itu penah dilakukan Paguyuban Peduli Ludruk (PPL) didukung Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) dan sejumlah Bank dengan mementaskan ludruk berjudul "Si Pitung Robin Hood Betawi" di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM),beberpa tahun lalu.

Pelindung PPL ketika itu Mantan Menbudpar Jero Wacik memberikan tips cara mengemas ludruk agar menarik. Menurutnya pementasan ludruk harus mengikutserkan satu atau dua orang artis atau public figure lain untuk menjaring seqment penonton anak muda.

Di samping itu, tampilan panggungnya juga harus menarik. Misalnya dengan menambah teknologi tata cahaya laser dan lainnya sehingga anak muda tidak bosan melihatnya.

Ludruk yang baik menurut Jero Wacik menyampaikan pesan bermisi membangun karakter bangsa. “Boleh saja mengkritik pemerintah kalau ada kebijakan yang keliru agar pemerintah bisa memperbaiki. Tapi juga harus memuji kalau ada kebijakan yang baik,” pintanya.

Jangan menjadikan kesenian rakyat ini untuk menghasut bahwa semua kerja pemerintah itu salah. ”Lakukan kritikan yang terukur, dan turut mencerdaskan rakyat,” jelasnya,

Dapur Ngebul
Seniman ludruk sekaligus pelawak Kadir mengaku senang kalau banyak pihak termasuk pemerintah serius ingin membantu mengangkat kembali kesenian ludruk. “Selain dapat melestarikan kesenian Jawa Timur ini, para pemainnya juga dapat rezeki, dapurnya bisa terus ngebul,” katanya.

Kesenian rakyat apapun, lanjut Kadir, senimannya harus kreatif dalam mengemas tampilannya. “Contoh Lenong Betawi yang kini hadir dengan kemasan "Lenong Politik" di TV One, itu sesuatu yang baru dan ternyata mendapat respon baik dari pemirsa,” terangnya.

Sekarang beragam tontonan dapat dilihat di rumah lewat TV. Agar orang mau keluar rumah menonton ludruk maka kemasan ludruk harus menarik. “Pemainnya harus profesional, cerita yang disampaikan diterima penonton, dan mengikuti selera penonton, misalnya penonton lebih suka humornya diperbanyak maka harus ada lawakan dari pelawak profesional sebagai bumbu penyegar,” jelasnya.

Tren melibatkan public figur seperti artis, tokoh politik, penyanyi, dan bintang film sebagaimana kesenian rakyat lainnya, contohnya lenong dan wayang orang, harus juga diadopsi ludruk. “Kalau cara ini mulai jenuh dan penonton sudah bosan, harus dipikirkan dan dicari terobosan lain,” kata Kadir yang berperan sebagai tentara opas dalam pementasan ludruk bertajuk Si Pitung Robin Hood Betawi itu.

Naskah: sangpujangga (ronabudaya@gmail.com)
Foto: adji & dok.indonesiakaya

Captions:
   1. Jero Wacik dan pemain Ludruk.
   2. Pertunjukan Ludruk modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar