Ludruk sempat
berjaya kemudian memudar, tergeser beragam kesenian lain yang tampil lebih
ciamik. Belakangan kesenian drama tradisional asal Jawa Timur ini kembali
menggeliat berkat upaya yang dilakukan sejumlah pihak, salah satunya dengan
memperbaiki kemasannya agar lebih menarik dan kekinian.
Ludrukan Kartolo
Mbalelo di Jakarta beberapa
waktu lalu boleh dibilang menjadi tonggak kebangkitan kesenian ludruk yang
sempat mati suri, meskipun sebelumnya sudah ada pementasan ludruk lainnya.
Kesuksesan Kartolo Mbalelo membetot perhatian masyarakat
Jakarta, membuktikan kesenian ini masih punya daya tarik. Tentu kesuksesan itu
tidak datang dengan sendirinya.
Berdasarkan pengamatan penulis, kesuksesan ludrukan Kartolo
Mbalelo terletak dari kemasannya, antara lain mengikutsertakan sejumlah public figure tersohor dan atau kontroversial dari
berbagai profesi antara lain Ketua MA Mahfud MD, Politikus PDIP Pramono Anum,
Menpora Andi Malarangeng, dan penyanyi dangdut si Ratu Ngebor Inus Daratista.
Selain itu, promosi pra pementasannya lumayan gencar,
ditambah penggabungan pameran kuliner khas Jawa Timur yang cukup punya andil
mengundang minat orang untuk datang.
Hal itu penah dilakukan Paguyuban Peduli Ludruk (PPL)
didukung Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) dan sejumlah Bank dengan
mementaskan ludruk berjudul "Si Pitung Robin Hood Betawi" di Graha
Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM),beberpa tahun lalu.
Pelindung PPL ketika itu Mantan Menbudpar Jero Wacik
memberikan tips cara mengemas ludruk agar menarik. Menurutnya pementasan ludruk
harus mengikutserkan satu atau dua orang artis atau public figure lain untuk menjaring seqment penonton
anak muda.
Di samping itu, tampilan panggungnya juga harus menarik. Misalnya
dengan menambah teknologi tata cahaya laser dan lainnya sehingga anak muda
tidak bosan melihatnya.
Ludruk yang baik menurut Jero Wacik menyampaikan pesan
bermisi membangun karakter bangsa. “Boleh saja mengkritik pemerintah kalau ada
kebijakan yang keliru agar pemerintah bisa memperbaiki. Tapi juga harus memuji
kalau ada kebijakan yang baik,” pintanya.
Jangan menjadikan kesenian rakyat ini untuk menghasut bahwa
semua kerja pemerintah itu salah. ”Lakukan kritikan yang terukur, dan turut mencerdaskan
rakyat,” jelasnya,
Dapur Ngebul
Seniman ludruk sekaligus pelawak Kadir mengaku senang kalau
banyak pihak termasuk pemerintah serius ingin membantu mengangkat kembali
kesenian ludruk. “Selain dapat melestarikan kesenian Jawa Timur ini, para
pemainnya juga dapat rezeki, dapurnya bisa terus ngebul,” katanya.
Kesenian rakyat apapun, lanjut Kadir, senimannya harus
kreatif dalam mengemas tampilannya. “Contoh Lenong Betawi yang kini hadir
dengan kemasan "Lenong Politik" di TV One, itu sesuatu yang baru dan
ternyata mendapat respon baik dari pemirsa,” terangnya.
Sekarang beragam tontonan dapat dilihat di rumah lewat TV.
Agar orang mau keluar rumah menonton ludruk maka kemasan ludruk harus menarik.
“Pemainnya harus profesional, cerita yang disampaikan diterima penonton, dan
mengikuti selera penonton, misalnya penonton lebih suka humornya diperbanyak
maka harus ada lawakan dari pelawak profesional sebagai bumbu penyegar,”
jelasnya.
Tren melibatkan public
figur seperti artis, tokoh
politik, penyanyi, dan bintang film sebagaimana kesenian rakyat lainnya,
contohnya lenong dan wayang orang, harus juga diadopsi ludruk. “Kalau cara ini
mulai jenuh dan penonton sudah bosan, harus dipikirkan dan dicari terobosan
lain,” kata Kadir yang berperan sebagai tentara opas dalam pementasan ludruk bertajuk Si Pitung Robin Hood Betawi itu.
Naskah: sangpujangga (ronabudaya@gmail.com)
Foto: adji & dok.indonesiakaya
Captions:
1. Jero Wacik dan pemain Ludruk.
2. Pertunjukan Ludruk modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar