Minggu, 03 April 2016

Tarian Lampion Meriahkan Festival Ceng Beng 2016


Delapan perempuan muda berusia belasan tahun tampil menyemarakkan jelang malam puncak Festival Ceng Beng di Gedung Setya Bhakti Pasir Putih, Kota Pangkalpinang, Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Minggu (3/4).

Mereka menyuguhkan Tarian Lampion. Masing-masing penari  membawa dua lampion berwarna merah.

Pakaian yang mereka kenakan berupa atasan lengan panjang dan celana panjang berwarna merah. “Bajunya itu khas Melayu yang sudah ada pembauran dengan budaya keturunan Tionghoa di sini,” terang Kasi Kesenian dan Perfilman, Disbudparpora Kota  Pangkalpinang Pupung Damayanti.

Mereka juga mengenakan selendang dan kain penutup bagian pinggul. Rambut penari diikat ke belakang dengan selembar  kain berwarna warni.


Kedelapan penari itu dari Sanggar Sekar Penyanding, Kota Pangkalpinang.


Putri, salah satu penari yang masih duduk di kelas 2 SMA menjelaskan Tarian Lampian merupakan salah satu tarian kreasi atau kontemporer. “Durasinya tadi cuma sekitar 3 menit,”

Menurut Putri, Tarian Lampion yang dibuat oleh Disbudpar Kota Pangkalpinang ini baru pertama kali dibawakan selama tahun 2016 ini. “Kami bangga bisa tampil menyemarakkan Festival Ceng Beng 2016 ini,” akunya.


Ketua Yayasan Sentosa Djohan Ridwan Hasan mengatakan malam ramah tamah dan sosialisasi acara Ceng Beng  merupakan  malam berkumpulnya para peziarah yang datang dari berbagai penjuru daerah/kota di Indonesia dan mancanegara.


Malam ini semua kumpul sebelum Sembahyang Ceng Beng  dini hari besok, mulai pukul 3,” terangnya.


Di malam bertajuk Melalui Ceng Beng Kita Wujudkan Kebersamaan Orang Bangka ini, Yayasan Sentosa yang mengelola Pekuburan Sentosa memberikan penjelasan tentang permasalahan yang dihadapi yayasan dalam mengelola pekuburan terluas di Asia Tenggara ini, sekaligus  mencari solusi serta pengembangan Pekuburan Sentosa ke depannya.


“Pengelolaan Pekuburan Sentosa selama ini tertumpu  hanya dari iuran anggota sebesar Rp 15 ribu per bulan. Sekarang ini ada sekitar 14.000 makam di sini. Namun belum semuanya rutin membayar iuran,” akunya.


Menurut Djohan, dulu Sembahyang Ceng Beng digelar satu hari sehingga susah mengatur para peziarah yaang menumpuk. “Sebagai jalan keluarnya, mulai beberapa tahun belakangan Sembahyang Ceng Beng digelar selama 10 hari sehingga peziarah bisa lebih leluasa bersembahyang besar ini,” terangnya.


Perubahan lainnya, lanjut Djohan, Sembahyang Ceng Beng 2 tahun belakangan ini dikemas dalam sebuah festival untuk menjaring wisatawan baik nusantara maupun mancangera.


Festival Ceng Beng ini atas kerjasama Yayasan Sentosa dengan Disbudparpora Kota Pangkalpinang dan mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar).


Peziarah dari mancanegara yang datang saat Sembahyang Ceng Beng ini, sambung Johan berasal dari China, Australia, Eropa, Singapura, Taiwan, Hongkong, Filipina, dan Malaysia.


Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropsi@yahoo.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar