BPNB Aceh Gelar Lawatan Sejarah Daerah 2016 di Kampung Halaman Sisingamangaraja XII

Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh (BPNB Aceh) kembali menggelar   Lawatan Sejarah Daerah (LASEDA). Tujuannya mengenalkan  ragam kisah, objek, dan latar peristiwa sejarah daerah guna meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai kesejarahan kepada generasi muda. Tahun 2016 ini LASEDA dilaksanakan dengan melawat jejak-jejak sejarah dan budaya di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara (Sumut) selama 4 hari mulai tanggal 22-25 Mei mendatang.


Kepala BPNB Aceh Irini Dewi Wanti menjelaskan  Humbang Hasundutan dipilih menjadi lokasi LASEDA ke-14 ini karena kabupaten ini memiliki sejumlah objek sejarah dan budaya yang bernilai strategis dalam rangka merajut memori kolektif kebangsaan, khususnya di kalangan anak-anak muda.


Jumlah peserta LASEDA 2016 ini, lanjut Rini sebanyak 50 orang yang terdiri dari siswa SMA/SMK/MA dan guru dari Aceh dan Sumut.


“Bentuk kegiatannya berupa tur sejarah ke sejumlah tempat bersejarah di Kabupaten Humbang Hasundutan yang merupakan  kampung halaman Sisingamangaraja XII, Pahlawan Nasional dari Sumut,” terang perempuan berhijab ini.

Objek sejarah dan budaya yang akan dikunjungi peserta LASEDA 2016 antara lain Kompleks Istana Sisingamangaraja di Bakkara, Situs Taman Bumi Toba Tombak Sulu-sulu di Marbun, dan ke Mata air kehidupan masyarakat Batak Aek Sipangolu di Bakkara.


Selain itu ke Kampung Tradisional Batak Lumban Manalu di Tipang, Air Terjun Janji di Tipang, Pasar Kemenyan Dolok Sanggul, dan ke pulau-pulau di seberang Bakkara.

Kegiatan bertema "Merajut Simpul-Simpul Keindonesiaan di Humbang Hasundutan: Kekayaan Kisah Perjuangan, Sejarah, Alam, dan, Kebudayaan" ini tidak hanya bersifat rekreasi semata.

Disamping melawat ke sejumlah objek sejarah dan budaya, lanjut Rini peserta juga akan mengikuti Sesi Belajar Sejarah sesuai tema LASEDA 2016 yang menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten seperti  St. H. Sinambela yang akan membawakan materi berjudul “Kisah Bakkara dan Sisingamangaraja XII”,  Dr. Taufik Hanafi (Penting Belajar Sejarah), Lucas P. Kestoro, DEA (Arkeologi Kebudayaan Batak), dan  Ir. Alimin Ginting  dengan makalah bertajuk “Kekayaan Sejarah Alam: Taman Bumi Toba”.

“Mereka juga akan mendapatkan informasi langsung dari sejumlah narusumber di lapangan atau di setiap objek sejarah dan budaya yang akan dikunjungi maupun dari intansi terkait,” papar Rini.

Rini berharap lewat kegiatan ini peserta LASEDA 2016 dapat menyerap pengetahuan tentang ilmu kesejarahan dan mengambil hikmah dari lawatan atau tur sejarah.

“Diharapkan mereka mendapatkan pengalaman belajar budaya kelompok lain secara langsung agar perasaan saling memahami, empati dan solidaritas dapat tumbuh secara sehat yang kemudian dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari,” terang Rini.

Dalam buku panduan LASEDA 2016 menyebutkan dana kegiatan ini bersumber dari DIPA BPNB Aceh tahun 2016 dan dukungan Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan yang bersifat tidak mengikat.

Terdaftar pula nama-nama SMA/SMK berikut jumlah murid dan guru pendamping dari Sumut dan Aceh yang mengikuti LASEDA 2016 sebanyak 50 orang termasuk instansi terkait, yakni SMA/SMK dari Humbang Hasundutan, SMA Plus Matauli Pandan Tapanuli Tengah, SMAN 1 Sorkam Tapanuli Tengah, SMAN 1 Gunungsitoli, SMA Plus Soposurung Balige Toba Samosir, SMK Kesehatan Sahata Pematangsiantar, SMAN 2 Pematangsiantar, SMA/SMK dari Samosir dan dari  Tanjung Balai.

Sementara dari Aceh antara lain SMA/SMK/MA dari Banda Aceh,  Sabang, Lhokseumawe, Aceh Tenggara,  Subulussalam, dan SMA/SMK dari Aceh Tamiang.

Peserta terbanyak tentu saja dari Kabupaten Hasudutan, berjumlah 8 orang, sedangkan lainnya rata-rata 2  hingga 5 orang.

Menurut Rini setiap peserta LASEDA 2016 harus mematuhi semua petunjuk dan tata tertib yang sudah ditentukan baik tertulis maupun lisan, antara lain tidak boleh keluar dari hotel dan rombongan tanpa seizin panitia, selalu menjaga kebersihan demi kesehatan dan kebugaran selama dalam perjalanan, serta wajib berpakian sopan, bersih, dan wangi.

”Aturan lainnya setiap peserta tidak boleh merokok dan melakukan hal-hal yang terlarang, baik dalam bus selama dalam perjalanan maupun di kamar penginapan. Tidak mengonsumsi minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang selama kegiatan. Tidak boleh pula melakukan kegiatan di luar jadwal yang telah ditetapkan panitia. Intinya setiap peserta wajib mengikuti semua acara yang telah dijadwalkan,” tegas Rini.

Rini menambahkan BPNB Aceh merupakan media Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang bertugas memberikan penyegaran, pengalaman belajar sejarah kelompok lain secara bersama-sama di tempat serentet peristiwa sejarah berlangsung, dengan maksud untuk mengukuhkan ikatan perasaan dan kesadaran sejarah itu di kalangan anak-anak muda.

"Dan LASEDA yang digelar  BPNB Aceh setiap setahun sekali ini, merupakan salah satu kegiatan unggulan di sebelas BPNB se-Indonesia," tandas Rini.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)

Foto: adji & dok.pecintawisata