Senin, 23 Mei 2016

Tari Cawan dan Tandok Ramaikan Pembukaan LASEDA 2016 di Humbahas

Satu per satu cawan (mangkuk kecil) berwarna putih polos diletakkan di atas kepala, bahu kiri-kanan, siku tangan kiri-kanan, dan telapak tangan kiri kanannya perlahan-lahan. Salah satu cawan hampir jatuh tapi rautnya tetap tenang. Tak sampai 2 menit, akhirnya gadis belia ini berhasil meletakkan ketujuh cawan itu dengan senyum mengembang manis, penuh percaya diri.

Golda Hutagaol (12) nama gadis penari berwajah imut tersebut. Siswi SMAN I Dolok Sanggul di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) ini kemudian melaju ke muka menghampir 6 penari perempuan lainnya yang lebih dulu menari sambil membawa tandok (tempat beras khas Batak) di atas masing-masing kepalanya.

Kemahiran Golda menari Tari Cawan dan Tandok dengan durasi sekitar 7 menit sambil membawa ketujuh cawan itu kemudian menurunkannya satu per satu dengan gerakan lues serta wajah yang tetap ceria, membuat peserta dan tamu undangan pembukaan Lawatan Sejarah Daerah (LASEDA) 2016 di Aula Hutamas, DPPK, Dolok Sanggul, Humbahas, Minggu (22/5) memberi tepuk tangan kepadanya.

Sebelumnya Golda dan keenam rekannya dari Sanggar Seni Tonggi ini sudah mencuri perhatian peserta LASEDA 2016 saat mereka membawakan tarian penyambutan Tortor Panomu-nomuon di awal acara, menyambut kedatangan tamu kehormatan Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor, Sekdakab Humbahas Saul Situmorang.

Sebelum tampil, Golda dan 6 penari lainnya yang mengenakan toso untuk penutup badan berwarna hitam dari ulos ragidup, selempang berwarna merah dari ulos sadum serta sortali atau ikat kepala dan beberapa aksesoris, mendapat pengarahan dari Golda Simarmata (21) guru tarinya. “Nak, nanti kamu harus yakin dan ingat tetap tersenyum,” imbau Golda Simarmata yang juga menjadi guru di SMPN 7 Pakkat.

Menurut Golda Simarmata baik tari penyambutan Tor-tor Panomu-nomuon maupun Tari Cawan dan Tanduk sama-sama tarian tradisional yang sudah dimodifikasi atau dikolaborasikan dengan gerakan baru termasuk pakaian dan riasan wajah. "Contohnya, kalau yang tarian tradisonal asli, wajah  setiap penarinya tidak berhias atau dandan. Jadi tampil natural apa adanya," ujarnya.

Sama seperti usai menarikan tarian kedua, tarian pertama yang dibawakan Golda Hutagaol dan keenam rekannya pun berakhir dengan  tepukan hangat peserta LASEDA 2016.

Usai tampil menarikan tari penyambutan, Golda dan teman-temannya mengikuti rangkaian acara pembukaan LASEDA ke-14 tahun ini sampai selesai sore hari.

Kepala BPNB Aceh Irini Dewi Wanti dalam sambutan pembukaan LASEDA 2016 yang juga dihadiri Kadis Pendidikan Humbahas Wisler Sianturi, Kadis Pariwisata Humbahas Mangupar Manullang, tokoh masyarakat, dan lainnya, menjelaskan LASEDA 2016 yang digelar Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh berlangsung selama 4 hari, sejak tanggal 22-25 Mei. Pesertanya berjumlah 50 orang yang terdiri dari 43 siswa SMA/SMK/MA dan 7 guru dari Aceh dan Sumut.

“Bentuk kegiatannya berupa tur sejarah ke sejumlah tempat bersejarah di Kabupaten Humbahas yang merupakan kampung halaman Sisingamangaraja XII, Pahlawan Nasional dari Sumut,” terang Rini.

Obyek sejarah dan budaya yang akan dikunjungi peserta LASEDA 2016 antara lain Kompleks Istana Sisingamangaraja di Bakkara, Situs Taman Bumi Toba Tombak Sulu-Sulu di Marbun, mata air kehidupan masyarakat Batak Aek Sipangolu di Bakkara, Kampung Tradisional Batak Lumban Manalu di Tipang, Air Terjun Janji di Tipang, Pasar Kemenyan Dolok Sanggul, dan ke pulau-pulau di seberang Bakkara.

Kegiatan bertema ‘Merajut Simpul-Simpul Keindonesiaan di Humbang Hasundutan: Kekayaan Kisah Perjuangan, Sejarah, Alam, dan Kebudayaan’ ini tidak hanya bersifat rekreasi semata.

Disamping melawat ke sejumlah obyek sejarah dan budaya, lanjut Rini  juga ada diskusi kesejarahan yang diadakan usai acara pembukaan dengan menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten seperti Sejarawan Batak St. H. Sinambela yang akan membawakan materi berjudul “Kisah Bakkara dan Sisingamangaraja XII”, Arkeolog Balai Medan Lucas P. Kestoro DEA (Arkeologi Kebudayaan Batak), dan  Ketua Badan Pelaksana Geopak Caldera Toba Ir. Alimin Ginting  dengan makalah bertajuk “Kekayaan Sejarah Alam: Taman Bumi Toba”.

“Para peserta juga akan mendapatkan informasi langsung dari sejumlah narusumber di lapangan atau di setiap obyek sejarah dan budaya yang akan dikunjungi maupun dari intansi terkait,” papar Rini.

Rini berharap lewat kegiatan ini peserta LASEDA 2016 dapat menyerap pengetahuan tentang ilmu kesejarahan dari diskusi sejarah dan mengambil hikmah dari lawatan atau tur sejarah.

“Diharapkan mereka mendapatkan pengalaman belajar budaya kelompok lain secara langsung agar perasaan saling memahami, empati, dan solidaritas dapat tumbuh secara sehat yang kemudian dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari,” terang Rini seraya tak lupa mengapresiasi dan menyampaikan terimakasih kepada Pemkab Humbahas kerena telah memberikan tempat dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Rini menambahkan BPNB Aceh merupakan media Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang bertugas memberikan penyegaran, pengalaman belajar sejarah kelompok lain secara bersama-sama di tempat serentet peristiwa sejarah berlangsung, dengan maksud untuk mengukuhkan ikatan perasaan dan kesadaran sejarah itu di kalangan anak-anak muda.

Bupati Dosmar dalam sambutannya juga berterimakasih atas pemilihan Humbahas sebagai tuan rumah LASEDA 2016 oleh BPNB Aceh.

Dosmas membenarkan bahwa Humbahas merupakan tanah kelahiran Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII yang lahir di Bakkara, 18 Februari 1845 dan wafatnya pun di Humbahas, tepatnya di Parlilitan 17 Juni 1907.

“Di Humbahas terdapat sejumlah situs peninggalan Raja Sisingamangaraja XII antara lain Kompleks Istana Raja Sisingamangaraja di Bakkara, Markas Pertahanan Raja Sisingamangaraja XII di Parlilitan, Tombak Sulu-Sulu tempat lahirnya Raja Manguntal yang kemudian dinobatkan menjadi Raja Sisingamangaraja I, Aek Sipangolu tempat Raja Sisingamangaraja I berisirahat karena gajahnya kehausan, Hariara Tungkot yakni tongkat Raja Sisingamangaraja  yang dipakai dan ditancapkan ke dalam tanah yang kemudian tumbuh menjadi Pohon  Hariara, Makam 37 pasukan Raja Sisingamangaraja XII serta lokasi wafatnya,” terang Dosmar.

Menurut sejarah, lanjut Dosmar, dinasti Sisingamangaraja berdiri di Bakkara, Humbahas sekitar 1530-1907 dipimpin secara turun temurun dari Raja Sisingamangaraja I hingga Raja Sisingamangaraja XII. “Mereka adalah pemimpin yang sangat dihormati di Tanag Batak. Bahkan DR. Van Der, orang Eropa yang pertama mengunjungi Bakkara dan Istana Raja Sisingamangaraja mengatakan bahwa Raja Sisingamangaraja  adalah rajanya semua orang Batak,” terangnya.

Dosmar juga berharap lewat kegiatan LASEDA 2016, pesertanya yang teridiri atas pelajar dari Sumut dan Aceh ini dapat merajut simpul-simpul ke-Indonesian yang ada di Humbahas hingga kian mempererat persatuan dan menjadi pelajaran berharga yang dapat diamalkan dalam keseharian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam buku panduan LASEDA 2016 di Humbahas terdaftar nama-nama SMA/SMK/MA berikut jumlah murid dan guru pendamping dari Sumut dan Aceh termasuk instansi terkait, yakni SMA/SMK dari Humbang Hasundutan, SMA Plus Matauli Pandan Tapanuli Tengah, SMAN 1 Sorkam Tapanuli Tengah, SMAN 1 Gunungsitoli, SMA Plus Soposurung Balige Toba Samosir, SMK Kesehatan Sahata Pematangsiantar, SMAN 2 Pematangsiantar, dan SMA/SMK dari Samosir, dan SMAN Tanjung Balai. Sedangkan dari Aceh SMA/SMK/MA dari Banda Aceh, Sabang, Lhokseumawe, Aceh Tenggara, Aceh Tamiang, dan SMAN I Simpang Kiri Subulussalam.

Ketua Pelaksana LASEDA 2016 Nasrul Hamdani mengingatkan seluruh peserta LASEDA 2016 di Humbahas wajib mematuhi semua petunjuk dan tata tertib baik tertulis maupun tidak tertulis. “Salah satunya peserta tidak boleh merokok dan melakukan hal-hal yang terlarang apalagi mengonsumsi minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang selama kegiatan,” tegasnya.

Menurut Nasrul setelah acara LASEDA 2016 akan dipilih peserta terbaik yang mewakili BPNB Aceh untuk mengikuti kegiatan serupa tingkat Nasional yakni Lawatan Sejarah Nasional (LASENAS) 2016 yang rencananya diselenggarakan di Pulau Jawa.

Leonardo Manalu, siswa SMAN 2 Lintongnihuta, Humbahas mengaku senang ikut menjadi peserta LASEDA 2016. Menurut siswa yang gemar bernyanyi ini walau tinggal di Humbahas namun belum semua objek sejarah dan budaya di kabupaten berudara sejuk ini dikunjunginya. “Saya akan manfaatkan kegiatan ini untuk mengetahui lebih dalam sejarah Sisingamangaraja XII dan situs-situs peninggalannya,” akunya bangga.

Yanti Kumala, guru sejarah SMAN Tanjung Balai menilai LASEDA ini menjadi wahana belajar sejarah yang efektif karena langsung ke obyek-obyeknya. “Kalau di kelas kita mengajar seperti mengkhayal. Tapi lewat LASEDA ini pelajar bisa melihat langsung bentuk fisik obyek sejarah  peninggalan Sisingamangaraja XII dan mendapat informasi langsung dari tokoh sejarah atau narasumber di lokasi, jadi lebih obyektif,” aku Yanti seraya menghimbau agar acara seperti ini harus terus dipertahankan.

Sebagai catatan Raja Sisingamangaraja XII ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sesuai Surat Keputusan Presiden RI Nomor: 590 tahun 1961 tanggal 9 November 1961. Nama pahlawan asal Bakkara, Humbahas, Sumut ini kian tersohor usai lukisan wajahnya diabadikan di lembaran uang kertas seribu rupiah pada tahun 1987.


Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar