Jumat, 29 Juli 2016

Ada Cinta Antara Pria Bali Sok Kebarat-baratan dengan Gadis Lokal dalam Mesolah Bawa


Deta Arta, begitu nama pria Bali asli Legian ini. Dia seorang peselancar (surfer). Kerjanya tiap hari berselancar (surfing) di Pantai Legian yang tersohor itu. Gaya hidupnya kebarat-baratan, sok bule, kata anak sekarang.


Kalau malam Arta kerap berpesta, hura-hura. Tubuh pria muda berusia 18 tahun ini pun penuh dengan hiasan tattoo. 

Deta tidak sendiri. Teman-teman pria sebayanya pun sebelas-duabelas dengannya.


Rupanya gaya hidup para turis asing telah merubah sebagian anak-anak muda Legian, khususnya kaum pria termasuk Arta dan lainnya. Dan fenomena itu sudah berlangsung sejak puluhan tahun.


Namun tidak semua begitu. Masih banyak warga termasuk kaum perempuan muda yang tetap menjaga budaya lokal dan mengindahkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Justru dengan sikap seperti itu, banyak turis asing yang kagum dan menuruti budaya dan adat lokal Bali, khususnya di Legian.


Gek Rara, salah satunya. Gadis belia nan cantik berusia 15 tahun ini termasuk warga Legian yang tetap menjaga dan mengindahkan budaya Bali.


Bersama teman-teman perempuan seusianya, Rara berlatih menari tradisional Bali dan lainnya yang berkaitan dengan budaya lokal Bali.


Suatu ketika Arta bertemu dengan Rara. Keduanya ternyata saling suka pada pandangan pertama. Namun gaya hidup mereka saling bertolak belakang. Deta masih asik dengan gaya kebule-buleannya, sementara Rara bertahan dengan gaya Balinya.


Berkat perhatian Rara dengan sabar, sambil memperkenalkan budaya lokal Bali termasuk tuntunan hidup yang sesuai dengan budaya Bali, akhirnya Arta mau menyesuaikan.


Perhatian tulus Rara, membuat Arta sadar apa yang dilakukannya selama ini keliru, jauh dari budaya dan karakter jati diri orang Bali sebenarnya.


Sejak cinta itu tumbuh, dan Rara dengan tulus memberikan perhatian, perlahan akhirnya berhasil merubah Arta menjadi pria Bali yang bangga dengan budaya lokalnya sendiri yang justru lebih kaya dan luhur.


Itulah penggalan kisah Tari Mesolah Bawa yang dibawakan oleh Deta Arta dan Gek Rara bersama beberapa penari muda-mudi lainnya di acara launching Legian Beach Festival (LBF) 2016 di Gedung Balairung Soesilo Soedarman, Kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, baru-baru ini.


Aksi mereka disaksikan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti bersama Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta, serta sejumlah undangan baik dari DPR RI, pengusaha industri wisata dan akademisi asal Bali, termasuk Lurah Legian  Made Madia Suryanata, serta tentunya sejumlah media.


Tari  Mesolah Bawa yang mereka bawakan itu  memang mengisahkan masyarakat Legian yang berinteraksi dengan wisatawan mancanegara (wisman) sejak puluhan tahun. 

Meskipun dipengaruhi oleh budaya asing bermacam rupa dari para wisman, akan tetapi budaya lokal tidak terpengaruh.


Justru turis-turis asinglah yang harus menyesuaikan dengan budaya dan adat lokal Bali. 

Terbukti, para pemuda yang suka main surfing dengan tubuh penuh tattoo dan gaya hidup kebarat-baratan, pada akhirnya mereka mau bersahabat dengan budaya setempat setelah mendapat perhatian dari gadis Bali yang cantik, baik, dan sabar.


Gek Rara kini masih tercatat sebagai siswi kelas 1 SMAN 4 Denpasar. Sedangkan Deta Arta baru saja lulus dari SMK Kokar Bali di Batu Bulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar.


Keduanya sama-sama menjadi penari. “Tarian Mesolah Bawa ini merupakan tarian modern  yang masih ada unsur tradisional Balinya. Artinya tarian itu berbuat baik, ada juga yang menyebutnya tarian surfer, karena menceritakan gaya hidup  para peselancar dengan membawa papan selancar,” ujar Rara.

“Durasinya sekitar 10 menit Om,” timpal Arta kepada Ronabudaya di belakang panggung sebelum mentas.


Keduanya nampak kompak dan serasi.  Yang pria ganteng dan yang wanitanya cantik eksotik, khas perempuan Bali.


Jika di tarian itu keduanya saling jatuh cinta. Bagaimana di kehidupan sehari-hari. Ketika ditanya hal itu, keduanya pun cuma senyum-senyum, malu-malu.


Tarian Mesolah Bawa ini ditarikan oleh sanggar Taksu Murtikarang Kemanisan, Legian. Mereka sengaja didatangkan langsung dari Bali untuk mengisi acara launching LBF 2016 di Jakarta. Begitupun dengan para musisi gamelan Bali yang mengiringi mereka menari.


Tahun lalu, tarian ini juga pernah dibawakan oleh grup tari lain di Bali dalam acara Pesta Kesenian Bali (PKB) 2015 di Ardha Chandra, panggung terbuka Bali Art Center.


Kehadiran Deta Arta dan Gek Rara bersama rekan-rekannya membawakan Tari Mesolah Bawa, jelas semakin memperkaya wawasan budaya bagi warga Jakarta, bahkan masyarakat Indonesia, khususnya terhadap tarian dari Bali.  


Maklum selama ini orang hanya tahu Bali punya Tari Pendet dan Tari Kecak, karena keduanya kerap ditampilkan dan dipromosikan. Padahal masih banyak dan tak kalah menariknya dengan dua nama tarian yang sudah mendunia itu.


Mau menyaksikan cinta surfer Legian yang sok kebarat-baratan bernama Arta dengan Rara, gadis manis nan baik hati di dalam tarian  Mesolah Bawa?

Datang saja ke Pulau Dewata saat penyelenggaraan LBF 2016 yang akan berlangsung di Pantai Legian pada 26-29 Agustus mendatang.

Even pesta pantai terbesar di Bali yang ke-9 ini akan menyuguhkan beragam seni budaya dan wisata Bali dan juga dari berbagai daerah lain di Tanah Air, serta kompetisi internasional surfing, bartender, dan lainnya.

Semua persembahan itu, termasuk Tari Mesolah Bawa, bertujuan untuk mempromosikan Pantai Legian sebagai salah satu obyek wisata pantai favorit dan menarik berkelas dunia yang dimiliki pulau wisata terbaik nomor satu di Asia dan termasuk top 10 di dunia ini.


Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar