Minggu, 24 Juli 2016

Kombinasi Apik Wayang Ajen Plus Sisingaan, Sukses Jaring Ribuan Orang


Sama-sama kesenian tradisional Indonesia, cuma berbeda 'baju'. Tapi bila dikombinasikan dalam kemasan menarik dan sebelumnya dipublikasikan di media, tempat, dan waktu yang tepat, ternyata mampu menjaring ribuan orang.

Keberhasilan itulah yang dialami Wayang Ajen dan Sisingaan dalam even Pesona Festival Bauran 2016 yang berlangsung di Lapangan Pormas, Kecamatan Sukamelang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (23/7).

Perpaduan keduanya, sanggup meng-attract warga dari berbagai tempat di dalam dan luar Subang berbondong-bondong datang ke venue even festival yang mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) ini.

Kerumunan orang terlihat sejak arak-arakan Sisingaan dimulai Sabtu sore pukul 15.30 WIB atau setengah jam molor dari jadual yang sudah ditentukan, lantaran Sukamelang diguyur hujan deras.

Ada 10 Sisingaan yang diarak. Masing-masing Sisingaan dipikul oleh 4 orang pria dewasa dengan pikulan atau pandu dari kayu dan bambu yang dicat sama warna biru. Jadi total pemikulnya ada 40 orang.

Para pemikulnya mengenakan baju lengan panjang berwarna hijau terang, kombinasi kerah hitam dan garis hitam melintang di bagian depan baju bertuliskan Tresna Wangi, nama grup Sisingaan tersebut.
Mereka juga memakai celana panjang tanggung berwarna hitam, ikat kepala motif batik warna coklat, dan sepatu sport serta kaos kaki putih.
Seragam yang sama juga dikenakan para pemain musik dan 8 orang pembawa umbul-umbul berwarna hijau bertuliskan grup Sisingaan Tresna Wangi yang berjalan persis di belakang gerobak pengangkut para pemain musik.

Masing-masing boneka berbentuk singa itu ada penumpangnya yang disebut pengantin. Satu Sisingaan ditumpangi seorang pengantin perempuan remaja, sisanya sembilan Sisingaan ditumpangi dua anak-anak.

Sebuah payung warna-warni yang diikat di belakang kepala singa dengan tongkat kayu, makin mempercantik tampilan Sisingaan.

“Enak juga naik Sisingaan nih Om,” teriak Antika Wandandini (5 thn), putri ketiga dari Wawan Gunawan, dalangnya Wayang Ajen dari atas Sisingaan.

Neng Antiq begitu biasa bocah perempuan itu dipanggil. Dia menjadi pengantin atau penumpang Sisingan bersama bocah laki-laki, masih saudaranya sendiri  yang terlihat tertidur di atas punggung boneka singa berwarna kuning itu.

Arak-arakan Sisingaan dimulai dari depan Jalan Raya Otista Subang menuju Lapangan Sepak Bola Pormas Sukamelang, sekitar 1,5 Km. Sewaktu bergerak, arak-arakan diiringi musik bernada riang, khas pesisiran.

Para pemain musik yang terdiri atas pemukul gong, simbal, gamelan, peniup terompet, dan pemain kendang (gendang) diangkut dengan gerobak yang juga bertuliskan Tresna Wangi.

Gerobak itu pun membawa beberapa kotak pengeras suara alias salon speaker. Sementara dua orang penyanyi perempuan dan seorang pria pembawa acara atau MC berjalan kaki di samping gerobak para pemain musik.

Pengeras suara arak-arakan Sisingan ini menggunakan tenaga dari sebuah jenset yng ditarik oleh 3 orang pria. Jenset itu berada di urutan terdepan dari arak-arakan tersebut.

Saat gerobak pengangkut pemain musik melaju di depan para pemikul Sisingaan, lalu musik dimainkan serta lagu berbahasa Sunda dinyanyikan, seketika para pemikul Sisingan serentak berjoget dengan koreografi menarik, jenaka, dan kompak.

Sambil berjalan dan bergoyang, mereka tetap memikul pikulan Sisingaan dengan pundak kiri dan kanannya secara bergantian.

Atraksi itulah yang menjadi salah satu daya pikat arak-arakan kesenian rakyat khas Subang ini.

Selagi musik dan lantunan lagu bergema, sejumlah penonton mulai dari anak-anak, bapak-bapak sampai ibu-ibu ikut berjoget di belakang gerobak pengangkut pemain musik atau di depan para pemikul Sisingaan. Hemmm.., benar-benar jadi sebuah pemandangan unik dan menarik yang hanya ada di arak-arakan Sisingaan ini.

Sesekali arak-arakan berhenti, untuk memberi waktu istirahat sejenak bagi para pemikul Sisingaan.

Saat berhenti itulah sejumlah penonton mengabadikan arak-arakan bahkan ada yang foto selfie dengan para pemikul dan pengantin Sisingaan.

Lantaran badan jalan menuju Lapangan Pormas terbilang sempit dan dipakai dua jalur, laju arak-arakan agak tersendat.

Untungnya beberapa panitia yang mengenakan kaos berwarna orange dengan sigap mengatur kendaraan yang melintas sehingga arak-arakan berjalan cukup lancar dan tertib sampai memasuki pintu masuk utama bagian depan Lapangan Pormas yang menghadap ke jalan.

Spanduk, umbul-umbul, dan baliho bertuliskan Pesona Indonesia berikut logo skesta Burung Garuda berwarna-warni, dan nama even Pesona Festival Bauran terpasang mulai dari depan gerbang Jalan Sukamelang hingga Lapangan Pormas.

Semua itu menambah semarak suasana. Sebelumnya media-media promo itu juga terpasang di ruas Jalan Otista, bahkan di Tol Cipali.

Setibanya arak-arakan di tengah Lapangan Pormas, tepatnya di depan tenda panggung yang akan dipakai Wayang Ajen, para pemikul langsung membentuk aneka formasi. Ratusan orang mendekat ke tempat para pemikul Sisingaan beraksi.

Para pemain musiknya tetap di atas gerobak sambil mengiringi sejumlah lagu yang dibawakan dua penyanyi perempuan secara bergantian.

Menjelang Magrib, atraksi arak-arakan Sisingan selesai. Namun beberapa penonton terlihat masih belum puas, dan meminta para pemain musik dan penyanyi terus membawakan lagu.

Permintaan tersebut diindahkan dengan catatan harus ada yang nyawer. Sejumlah penonton termasuk panitia dan kru Wayang Ajen pun ikut berjoget dan nyawer ke para penyanyi arak-arakan Sisingaan Tresna Wangi.

Kehadiran arak-arakan Sisingaan ini tak bisa dipungkiri bukan sekadar menghibur tapi membuat festival ini terasa festivalnya. Jadi lebih semarak.

Aksi arak-arakan Sisingaan yang semula tidak jadi ditampilkan, namun gara-gara penulis membuat tulisan pra even di Travelplusindonesia berjudul: “Wayang Ajen Versus Sisingaan Bakal Semarakkan Pesona Festival  Bauran di Subang”, sesuai informasi awal, akhirnya panitia menyuguhkan arak-arakan tersebut.

Paket  Komplit
Hasilnya justru semakin membuat festival ini memikat dan semarak, bahkan berhasil ikut menggiring orang untuk menonton Wayang Ajen yang menjadi penampil utama festival ini dengan menampilkan paket komplit.

Alhasil, pementasan Wayang Ajen yang dibuka secara resmi oleh Asisten Deputi (Asdep) Pengembangan Seqmen Pasar Personal, Kemenpar Raseno Arya, selepas Isya, juga berhasil menjaring ribuan orang yang mulai berdatangan ba’da (setelah) Maghrib.  Bahkan jauh lebih banyak dibanding penonton arak-arakan Sisingaan tadi.

Ada pengunjung yang datang secara rombongan menaiki mobil bak terbuka yang diberi penutup terpal, dan beragam kendaraan roda empat lainnya. Tak sedikit pula yang membawa sepeda motor, maupun yang berjalan kaki.

Kerumunan penonton terlihat di dalam tenda, duduk secara lesehan.

Banyak juga yang duduk-duduk di atas sepeda motor yang di parkir di samping kiri, kanan, dan depan tenda panggung karena tidak kebagian tempat di dalam tenda.

Sejumlah pelonton lainnya duduk-duduk beralas tikar yang mereka bawa sendiri,  beberapa meter di depan dua layar besar yang terpancang di kiri-kanan  bagian depan tenda panggung.

Menurut Raseno Arya dalam kata sambutannya, Kemenpar mendukung festival ini sebagai upaya melestarikan kesenian tradisional Indonesia seperti wayang dan lainnya agar bisa terus berkembang.

“Dukungan Pesona Festival Bauran ini juga sekaligus untuk mempromosikan branding Pariwisata Nasional Pesona Indonesia kepada masyarakat,” terang Asdep asal Minang ini.

Usai memberi kata sambutan dan membuka festival ini, Raseno Arya sempat duduk menyaksikan pementasan Wayang Ajen, kemudian kembali ke penginapan di salah satu hotel berbintang tiga di Subang.

Pementasan Wayang Ajen dimulai dengan pengantar yang dibacakan seorang pakar budaya sekaligus salah satu pendiri Wayang Ajen, Prof. Dr. Arthur S. Nalan. Dia menceritakan seputar berdirinya Wayang Ajen dan makna nama serta konsep yang diusung Wayang Ajen sebagai wayang golek khas Sunda yang kontemporer,  inovatif, dan kekinian.

Selanjutnya Ki Dalang Wawan Ajen alias Wawan S. Gunawan, juga pendiri sekaligus dalangnya Wayang Ajen  beraksi memainkan sejumlah tokoh pewayangan yang dibagi beberapa seqmen.

Di awali dengan seqmen wayang tradisi, lalu wayang sufi atau religi yang mengajak penotonnya berzikir Laillahhaillah, kemudian menampilkan wayang keluarga Karang Tumaritis yakni Semar dengan ketiga anaknya Cepot, Dawala, dan Gareng (kalau dalam pewayangan Jawa keluarga tersebut disebut Punakawan/Punokawan yang terdiri atas Semar dengan ketiga anaknya yakni Petruk, Bagong, dan Gareng), baru kemudian Wawan menampilkan wayang seleb-nya.

Seperti biasa pementasan Wayang Ajen diselingi dengan Komposisi Perkusi Musik Religi dengan menampilkan artis pop Sunda Rita Tila yang tampil cantik dan pastinya memikat.

Namun sebelumnya didahului Seni Tari Kemprang Kemprung Nyi Mojang, dan tengahnya ada ceramah yang kali ini dibawakan dengan memikat dan berapi-api oleh dai muda asal Ciamis KH. Dadang Mulyawan serta lawakan yang dibawakan dengan jenaka oleh dua orang komedian Ade Batak dan Jenong Sasagon.

Namun yang tak kalah menarik, pementasan Wayang Ajen kali ini, sang putri dalang, Neng Antiq beraksi dengan pede (percaya diri) menyanyikan lagu Keredok Leunca. Penampilan bocah perempuan ini pun mendapat sambutan meriah penonton.

Semua suguhan paket komplit ala Wayang Ajen yang memikat itulah yang membuat ribuan penonton bertahan sampai pukul dua dini hari.

Berdasarkan pengamatan Ronabudaya, jumlah penonton Wayang Ajen kali ini lebih banyak dan beragam dibanding pementasan Wayang Ajen di sejumlah tempat lain sebelumnya seperti sewaktu mentas di Ciamis, Bandung, dan Majelangka.

Bukan cuma orang dewasa, tapi juga orang tua, nenek-nenek dan kakek-kakek bahkan anak-anak ikut nonton sampai tuntas.

Sejumlah pedagang mulai dari mie ayam, es campur, sate kambing, surabi, roti bakar, martabak, roti panggang, tahu bulat, dan aksesori wayang seperti ikat kepala, baju wayang, dan kaos wayang ikut diuntungkan dengan festival ini. Dagangan mereka diserbu pembeli yang tak lain penonton pagelaran Wayang Ajen.

Termasuk tukang permainan halilintar berupa mobil-mobilan yang bisa ditumpangi anak-anak, selama satu putaran Rp 3.000 per orang. Juga tukang balon dan tukang mainan lainnya.

“Alhamdulilah dagangan saya laris manis dibanding biasanya,” kata Ujang pedagang ikat kepala bermotif batik dan lainnya yang dijual dengan harga Rp 25.000 per satuan. Hal senada juga diutarakan Nana, pedagang mie ayam.

Sekali lagi, ribuan penonton yang terjaring di Pesona Festival Bauran 2016 ini membuktikan kesenian tradisi rakyat seperti wayang golek dan Sisingaan tetap ada peminat setianya, dengan catatan karena dikemas menarik, ditambah promosi pra even yang tepat dan gencar. Jika tanpa kedua itu, rasanya sulit.

Ronabudaya menyarankan, kalau Wayang Ajen ingin tetap berhasil menjaring penonton bahkan lebih banyak lagi dibanding saat tampil di Pesona Festival Bauran 2016 di Subang ini, ke depan selain terus melakukan pemuatan tulisan pra even di media rekanan yang tepat.

Di samping itu memasang aneka media promo seperti spanduk, umbul-umbul, dan baliho di tempat-tempat strategis beberapa hari sebelum hari 'H' (jangan sehari sebelumnya, terlalu dadakan), dan juga harus melakukan promo di media lokal antara lain radio dan lainnya (minimal sehari sebelum acara).

Jangan ketinggalan pula menyebarkan selebaran atau brosur yang disebarkan dan ditempel di sejumlah titik keramaian di kota/daerah bersangkutan maupun dan luar daerah, minimal beberapa hari sebelum pelaksanaan. (Cara terakhir ini belum sama sekali dimanfaatkan, padahal cukup manjur menjaring pengunjung terutama warga lokal dan sekitarnya).

Kegiatan pengenalan dan pembelajaran (workshop) Wayang Ajen, cara memainkan wayang golek, bagaimana menjadi dalang, dan lainnya langsung dari Ki Dalang Wawan Ajen seperti terjadi di Pesona Festival Bauran 2016 ini, harus tetap diadakan.

Di Sukamelang, kebetulan lokasi venue pementasan Wayang Ajen di Lapangan Pormas, bersebelahan dengan SD dan tak jauh dari SMP setempat. Jelas itu menguntungkan.

Tapi kalau pementasan berikutnya nanti, venue-nya jauh dari sekolah, solusinya harus mengundang anak-anak sekolah (SD, SMP ataupun SMA) setempat secara resmi lewat surat undangan yang disampaikan ke pihak kepala sekolah masing-masing, minimal dua hari sebelum pelaksanaan. (Undangan yang berisi agar para pelajar datang ke venue sebaiknya disampaikan pada hari masuk sekolah, bukan hari libur).

Jika hal itu dilakukan, tujuan Wayang Ajen untuk sekaligus memasyarakatkan wayang golek khususnya Wayang Ajen kepada generasi muda/pelajar setiap kali tampil dimanapun, akan terwujud.

Jadi bukan sekadar mencari ketenaran dan keeksisan semata sambil mempromosikan branding Pesona Indonesia, pun misi hakiki/mendasar yang diemban Wayang Ajen akan tercapai. Dengan kata lain, lewat cara seperti itu, sekali berenang, dua-tiga pulau terlampaui.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis)
Foto: adji & dok. wayang ajen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar