
Enam penari yang
merupakan mahasiswa-mahasisiwi program studi (prodi) tari dari Institut Seni
Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar) ini, ber-pose di depan
pelataran sebuah candi di kompleks Percandian Muaro Jambi, Kecamatan Muaro
Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, usai tampil ekspresif dan kompak di
atas panggung dalam acara pembukaan Festival Candi Muaro Jambi 2017.
Keenam muda-mudi yang
tergabung dalam komunitas Puka Art 14 di ISI Padang Panjang ini bernama Zulfadanti,
Dara Harlani, Erviasita, Iwan Saputra, Mugi Ari Saputra, dan Reza Ardian.
Kehadiran mereka di candi itu, memberi warna tersendiri sehingga candi yang tengah diperjuangkan agar ditetapkan sebagai warisan sejarah dunia oleh Unesco itu terasa lebih berwarna dan berdenyut.
Menurut Zulfadanti yang
akrab disapa Zulfa nama komunitas mereka Puka Art 14 yang dibentuk tahun 2014,
diambil dari nama alat musik tiup tradisional masyarakat Painan, Sumbar bernama Puka yang terbuat dari
batang pisang.
Mereka baru saja mempersembahkan
tarian melayu kreasi bertajuk Zapin Berdenyut, berdurasi 6 menit, yang disaksikan
Gubernur Jambi Zumi Zola beserta istri, Plt. Bupati Muaro Jambi Kailani, dan
perwakilan dari Kementerian Pariwisata yang mendukung even ini, Deputi Bidang
Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti serta sejumlah
tamu undangan dan tentunya para biksu dari dalam dan luar negeri.
Iwan Saputra menjelaskan
tarian Zapin Bergelut ini diciptakan temannya sendiri Mugi Ari Saputra yang
menceritakan pergaulan muda-mudi sekarang.
“Dalam tarian itu diceritakan ada
seorang pria menyukai perempuan. Sang pria mengajak perempuan itu bermain-main
sehingga tumbuh rasa cinta,” terang Iwan yang berasal dari Aceh.
Zulfa menambahkan, tarian
ini pakemnya berasal dari Tari Zapin Melayu namun sudah dimodifikasi atau
dikreasi. “Basic tariannya tetap sama ada lenggang, tandak, igal, dan liuk-nya
yang menjadi dasar-dasar tarian Melayu,” jelas Zulfa yang berasal dari Kota
Jambi.
Tarian ini, lanjut Iwan
bisa ditarikan mulai dari 4 penari secara berpasangan sampai kolosal.
Para penari perempuannya,
sambung Zulfa mengenakan pakaian atau baju kurung yang agak longgar, ditambah
aksesoris bunga teratai untuk hiasan rambut. Sedangkan penari pria-nya memakai
songket, sarung, dan ikat kepala yang terispirasi dari lancak atau ikat kepala
khas masyarakat Jambi.
Menurut pengakuan Iwan, Tari
Zapin Bergelut ini baru saja diciptakan rekannya. “Kami baru berlatih sebulan
untuk tampil di even ini,” akunya seraya menambahkan setiap ada even,
komunitasnya selalu membuat tari kreasi baru.
Secara gerak, sambung
Iwan tidak ada kesulitan karena pada dasarnya mereka adalah penari. “Tapi yang
agak sulit meredam ego masing-masing agar tidak tampil dominan,” aku Iwan.
Berdasarkan pantauan Rona
Budaya, meskipun baru sebulan latihan, penampilan ke-enam muda-mudi ini sangat
kompak dan enerjik, seperti sudah terbiasa menarikan tarian tersebut. Padahal
gerakannya sangat variatif.
Zulfa menjelaskan kenapa
komunitasnya bisa terpilih tampil mengisi acara pembukaan Festival Candi Muaro
Jambi 2017, berkat salah satu temannya ada yang bekerja di Dinas Pariwisata
Kabupaten Muaro Jambi.
“Kebetulan beberapa dari
komunitas kami ada yang berasal dari Jambi dan bernah bergabung di sanggar tari
di Jambi. Nah, ketua sanggarnya dekat dengan orang Dinas Pariwisata sini lalu
komunitas kami direkomendasikan untuk tampil,” terangnya.
Oleh karena itu,
peluang baik ini, lanjut Zulfa dipergunakan sebaik mungkin oleh Puka Art 14.
“Kesempatan ini kami gunakan untuk memperluas jaringan, sekaligus ikut berpartisipasi
meramaikan Festival Candi Muaro Jambi tahun ini. Kebetulan tuan rumahnya sangat well come terhadap kami untuk turut berpartisipasi dengan menyediakan
fasilitas penginapan, makan, dan transportasi Pergi-Pulang dengan bus,” terang Zulfa.
Kata Zulfa, para penari
Puka Art 14 menguasai berbagai tarian tradisional baik itu tarian tradisional khas
Minang maupun Melayu antara lain Tari Piring, Randai, Zapin, Serampang Duabelas,
dan Tari Persembahan atau Tari Makan Sirih. Selain itu juga beberapa tarian
kreasi dan modern kontemporer.
“Kalau kami ditanggap per
paket sekitar 15 juta untuk wilayah Sumatera, diluar akomodasi, makan dan
tranportasi Pergi-Pulang. Kalau untuk di luar Sumatera tarifnya lebih dari itu.
Tapi tergantung even dan jumlah penarinya,” terang Iwan yang menghimbau
Pemerintah Kota Padang Panjang terus memperbanyak even wisata dan budaya yang
melibatkan para penari agar komunitas penari bisa terus bergiat.
Baik Iwan maupun Zulfa
mengaku profesi penari sangat menjajikan dan sangat bisa dijadikan sebagai
profesi.
“Sekarang ini saja kami sudah sering tampil mengisi even. Lumayan
bayarannya, jadi hobi yang dibayar,” terang Zulfa yang memang bercita-cita
menjadi penari profesional atau paling tidak bekerja sebagai PNS di Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com,
ig: @adjitropis)
Captions:
1. Enam penari Puka Art 14 dari ISI Padang Panjang ber-pose di salah satu candi di kompleks Percandian Muaro Jambi.
2. Puka Art 14 tampil menarikan Tari Zapin Bergelut di acara pembukaan Festival Candi Muaro Jambi 2017.
3. Selalu tampil kompak.
4. Bangga berprofesi sebagai penari.
5. Selalu ceria dan ekspresif.
6. Iwan dan Zulfa anggota Puka Art 14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar