Sabtu, 13 Mei 2017

Zapin Bergelut, Bikin Candi Muaro Jambi Lebih Berdenyut


Enam penari yang merupakan mahasiswa-mahasisiwi program studi (prodi) tari dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar) ini, ber-pose di depan pelataran sebuah candi di kompleks Percandian Muaro Jambi, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, usai tampil ekspresif dan kompak di atas panggung dalam acara pembukaan Festival Candi Muaro Jambi 2017.

Keenam muda-mudi yang tergabung dalam komunitas Puka Art 14 di ISI Padang Panjang ini bernama Zulfadanti, Dara Harlani, Erviasita, Iwan Saputra, Mugi Ari Saputra, dan Reza Ardian.
Kehadiran mereka di candi itu, memberi warna tersendiri sehingga candi yang tengah diperjuangkan agar ditetapkan sebagai warisan sejarah dunia oleh Unesco itu terasa lebih berwarna dan berdenyut.

Menurut Zulfadanti yang akrab disapa Zulfa nama komunitas mereka Puka Art 14 yang dibentuk tahun 2014, diambil dari nama alat musik tiup tradisional masyarakat  Painan, Sumbar bernama Puka yang terbuat dari batang pisang.

Mereka baru saja mempersembahkan tarian melayu kreasi bertajuk Zapin Berdenyut, berdurasi 6 menit, yang disaksikan Gubernur Jambi Zumi Zola beserta istri, Plt. Bupati Muaro Jambi Kailani, dan perwakilan dari Kementerian Pariwisata yang mendukung even ini, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti serta sejumlah tamu undangan dan tentunya para biksu dari dalam dan luar negeri.

Iwan Saputra menjelaskan tarian Zapin Bergelut ini diciptakan temannya sendiri Mugi Ari Saputra yang menceritakan pergaulan muda-mudi sekarang.
“Dalam tarian itu diceritakan ada seorang pria menyukai perempuan. Sang pria mengajak perempuan itu bermain-main sehingga tumbuh rasa cinta,” terang Iwan yang berasal dari Aceh.
Zulfa menambahkan, tarian ini pakemnya berasal dari Tari Zapin Melayu namun sudah dimodifikasi atau dikreasi. “Basic tariannya tetap sama ada lenggang, tandak, igal, dan liuk-nya yang menjadi dasar-dasar tarian Melayu,” jelas Zulfa yang berasal dari Kota Jambi.

Tarian ini, lanjut Iwan bisa ditarikan mulai dari 4 penari secara berpasangan sampai kolosal.

Para penari perempuannya, sambung Zulfa mengenakan pakaian atau baju kurung yang agak longgar, ditambah aksesoris bunga teratai untuk hiasan rambut. Sedangkan penari pria-nya memakai songket, sarung, dan ikat kepala yang terispirasi dari lancak atau ikat kepala khas masyarakat Jambi.

Menurut pengakuan Iwan, Tari Zapin Bergelut ini baru saja diciptakan rekannya. “Kami baru berlatih sebulan untuk tampil di even ini,” akunya seraya menambahkan setiap ada even, komunitasnya selalu membuat tari kreasi baru.

Secara gerak, sambung Iwan tidak ada kesulitan karena pada dasarnya mereka adalah penari. “Tapi yang agak sulit meredam ego masing-masing agar tidak tampil dominan,” aku Iwan.

Berdasarkan pantauan Rona Budaya, meskipun baru sebulan latihan, penampilan ke-enam muda-mudi ini sangat kompak dan enerjik, seperti sudah terbiasa menarikan tarian tersebut. Padahal gerakannya sangat variatif.

Zulfa menjelaskan kenapa komunitasnya bisa terpilih tampil mengisi acara pembukaan Festival Candi Muaro Jambi 2017, berkat salah satu temannya ada yang bekerja di Dinas Pariwisata Kabupaten Muaro Jambi.

“Kebetulan beberapa dari komunitas kami ada yang berasal dari Jambi dan bernah bergabung di sanggar tari di Jambi. Nah, ketua sanggarnya dekat dengan orang Dinas Pariwisata sini lalu komunitas kami direkomendasikan untuk tampil,” terangnya.

Oleh karena itu, peluang baik ini, lanjut Zulfa dipergunakan sebaik mungkin oleh Puka Art 14. “Kesempatan ini kami gunakan untuk memperluas jaringan, sekaligus ikut berpartisipasi meramaikan Festival Candi Muaro Jambi tahun ini. Kebetulan  tuan rumahnya sangat well come terhadap kami  untuk turut berpartisipasi dengan menyediakan fasilitas penginapan, makan, dan transportasi Pergi-Pulang dengan bus,” terang Zulfa.

Kata Zulfa, para penari Puka Art 14 menguasai berbagai tarian tradisional baik itu tarian tradisional khas Minang maupun Melayu antara lain Tari Piring, Randai, Zapin, Serampang Duabelas, dan Tari Persembahan atau Tari Makan Sirih. Selain itu juga beberapa tarian kreasi dan modern kontemporer.

“Kalau kami ditanggap per paket sekitar 15 juta untuk wilayah Sumatera, diluar akomodasi, makan dan tranportasi Pergi-Pulang. Kalau untuk di luar Sumatera tarifnya lebih dari itu. Tapi tergantung even dan jumlah penarinya,” terang Iwan yang menghimbau Pemerintah Kota Padang Panjang terus memperbanyak even wisata dan budaya yang melibatkan para penari agar komunitas penari bisa terus bergiat.

Baik Iwan maupun Zulfa mengaku profesi penari sangat menjajikan dan sangat bisa dijadikan sebagai profesi.
“Sekarang ini saja kami sudah sering tampil mengisi even. Lumayan bayarannya, jadi hobi yang dibayar,” terang Zulfa yang memang bercita-cita menjadi penari profesional atau paling tidak bekerja sebagai PNS di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Enam penari Puka Art 14 dari ISI Padang Panjang ber-pose di salah satu candi di kompleks Percandian Muaro Jambi.
2. Puka Art 14  tampil menarikan Tari Zapin Bergelut di acara pembukaan Festival Candi Muaro Jambi 2017.
3. Selalu tampil kompak.
4. Bangga berprofesi sebagai penari.
5. Selalu ceria dan ekspresif.
6. Iwan dan Zulfa anggota Puka Art 14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar