Lima penari perempuan Tidore ini menyita
perhatian sejumlah tamu acara launching Calendar of Events (CoE) Maluku Utara 2018 yang berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta
Pesona, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, Selasa (13/3) malam.
Kelima penari yang masih pelajar SMA dan mahasiswi
itu membawakan tarian Salai Marong, sebuah tarian tradisonal dari Tidore, Provinsi Maluku Utara (Malut).
Mereka mengenakan baju tari tradisional Tidore
yang berwarna cerah, merah muda dan bawahan merah tua serta selendang warna
kuning dan hiasan kepala. Masing-masing membawa dua kipas hias dan berbulu
berwarna merah.
Menurut Iffah, salah satu penari yang berwajah
cantik dan memang asli Tidore, gerakan Tari Salai Marong enerjik dengan iringan musik
yang ceria.
“Durasinya cuma menit, tapi aslinya bisa lebih
dari 6 menit,” ujar Iffah yang kini tengah kuliah pascasarjana jurusan psikologi
di salah satu universitas swasta ternama.
Pelatih Tari Salai Marong Ruaeda Abubakar
menjelaskan Marong dalam Bahasa Tidore berarti gotong royong atau kebersamaan.
Salai Marong, lanjutnya berkembang dalam tradisi
budaya masyarakat pegunungan di Tidore untuk mengespresikan rasa kebersamaan
atau gotong royong dalam mengelola tanah pertanian sejak persiapan sampai
panen.
Selain itu, dalam tradisi masyarakat Tidore sampai
saat ini, syair-syair Salai Marong masih tetap dinyanyikan pada saat pembukaan atau
pembersihan lahan pertanian yang dikerjakan secara bersama.
Menurut Ruaeda, Tari Salai Marong adalah sebuah
bentuk ekspresi budaya yang diangkat dalam bentuk gerak.
“Tarian ini dilakukan oleh penari dalam jumlah
ganjil mulai dari 5, 7, 9, dan seterusnya” ungkapnya kepada Ronabudaya.
Angka-angka tersebut, lanjutnya menunjukkan
bahwa Salai Marong selalu ada yang diangkat sebagai pemimpin dalam melakukan aksi kebersamaan
atau gotong royong.
“Karena Salai Marong tumbuh dalam masyarakat
pertanian, maka substansi dari tarian ini adalah gotong royong atau kebersamaan
yang merupakan prinsip dasar dalam
sistim komunal masyarakat agraris di Tidore,” ungkapnya.
Selain Tari Salai Marong, acara launching CoE
Malut 2018 yang dihadiri Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, Plt. Gubernur
Malut H. Muhammad Natsir Thaib, Sultan Ternate H. Sjafruddin Sjah, Kepala Dinas Pariwisata Malut Samsuddin A.
Kadir, para bupati di Malut, dan sejumlah
tamu undangan serta wartawan dan blogger ini juga ada suguhan musik pop tradisional
berbahasa Malut.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratopis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Lima penari Salai Marong yang selalu berjumlah ganjil.
2. Tari Salai Marong tampil di acara Calendar of Event (CoE) Maluku Utara (Malut) 2018 di Jakarta.
3. Launching CoE Malut 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar