Selasa, 13 Maret 2018

Mengenal Tari Salai Marong dari Tidore


Lima penari perempuan Tidore ini menyita perhatian sejumlah tamu acara launching Calendar of Events (CoE) Maluku Utara 2018 yang berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, Selasa (13/3) malam.

Kelima penari yang masih pelajar SMA dan mahasiswi itu membawakan tarian Salai Marong, sebuah tarian tradisonal dari Tidore, Provinsi Maluku Utara (Malut).


Mereka mengenakan baju tari tradisional Tidore yang berwarna cerah, merah muda dan bawahan merah tua serta selendang warna kuning dan hiasan kepala. Masing-masing membawa dua kipas hias dan berbulu berwarna merah.
Menurut Iffah, salah satu penari yang berwajah cantik dan memang asli Tidore, gerakan Tari Salai Marong enerjik dengan iringan musik yang ceria.
“Durasinya cuma menit, tapi aslinya bisa lebih dari 6 menit,” ujar Iffah yang kini tengah kuliah pascasarjana jurusan psikologi di salah satu universitas swasta ternama.

Pelatih Tari Salai Marong Ruaeda Abubakar menjelaskan Marong dalam Bahasa Tidore berarti gotong royong atau kebersamaan.

Salai Marong, lanjutnya berkembang dalam tradisi budaya masyarakat pegunungan di Tidore untuk mengespresikan rasa kebersamaan atau gotong royong dalam mengelola tanah pertanian sejak persiapan sampai panen.



Selain itu, dalam tradisi masyarakat Tidore sampai saat ini, syair-syair Salai Marong masih tetap dinyanyikan pada saat pembukaan atau pembersihan lahan pertanian yang dikerjakan secara bersama.
Menurut Ruaeda, Tari Salai Marong adalah sebuah bentuk ekspresi budaya yang diangkat dalam  bentuk gerak.



“Tarian ini dilakukan oleh penari dalam jumlah ganjil mulai dari 5, 7, 9, dan seterusnya” ungkapnya kepada Ronabudaya.
Angka-angka tersebut, lanjutnya menunjukkan bahwa Salai Marong selalu ada yang diangkat sebagai pemimpin dalam melakukan aksi kebersamaan atau gotong royong.



“Karena Salai Marong tumbuh dalam masyarakat pertanian, maka substansi dari tarian ini adalah gotong royong atau kebersamaan yang merupakan prinsip  dasar dalam sistim komunal masyarakat agraris di Tidore,” ungkapnya.

Selain Tari Salai Marong, acara launching CoE Malut 2018 yang dihadiri Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, Plt. Gubernur Malut H. Muhammad Natsir Thaib, Sultan Ternate H. Sjafruddin Sjah, Kepala Dinas Pariwisata Malut Samsuddin A. Kadir, para bupati  di Malut, dan sejumlah tamu undangan serta wartawan dan blogger ini juga ada suguhan musik pop tradisional berbahasa Malut.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratopis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Lima penari Salai Marong yang selalu berjumlah ganjil.
2. Tari Salai Marong tampil di acara Calendar of Event (CoE) Maluku Utara (Malut) 2018 di Jakarta.
3. Launching CoE Malut 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar