Jumat, 20 April 2018

Begini Cara Dayak Ma’nyan Mengusir Roh Jahat dalam Tarian Wadian Dadas

Suku Dayak Ma’nyan  di Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Selatan,  Kalimantan Tengah (Kalteng) punya cara tersendiri dalam mengobati orang yang sakit karena kemasukan roh jahat. Nah oleh para seniman, khususnya penari,  pengobatan tradisional itu menjadi sumber inspirasi  penciptaan sebuah karya seni tari bertajuk, Wadian Dadas.

Di awal tarian, seorang penari perempuan masuk ke panggung. Dia memerankan Ineh Ngunndri GunungTarian, sosok perempuan yang mendapatkan ilham untuk menjalankan suatu tugas dari dewa untuk mengobati orang yang sakit lantaran diganggu roh-roh jahat.

Perempuan itu merupakan Wadian yang pertama dan merupakan utusan dewa yang diwujudkan dalam bentuk Burung Elang.  Tugasnya sebagai  Wadian akan diteruskan oleh keturunan berikutnya.

Saat menarikan peran itu, gerakan penari terlihat ringan dan lamban. Baru setelah lima penari perempuan lainnya masuk, gerakan tariannya berubah lebih cepat dan dinamis.

Tarian Wadian Dadas yang dibawakan 6 penari perempuan Dayak berdurasi sekitar 30 menit tersebut jadi suguhan awal acara peluncuran Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2018 di Balairung Soesilo Soedarman, gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Jakarta, Kamis (19/4).

Semua penarinya mengenakan kostum tari berwarna kuning terang bergaya kemben dengan pernak-pernik dari manik-manik, juga ikat kepala dari rajutan daun kelapa muda dan ditambah hiasan dari beberapa bulu burung.

Mereka diiringi  4 pemusik, antara lain pemain  gendang dan seperangkat gong. Para pemain musiknya  mengenakan baju berwarna merah dan Lawung atau peci khas pria Dayak Kalteng.

Pada awalnya Wadian Dadas berasal dari Barito Timur (perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur) di pedalaman Pegunungan Meratus, tepatnya di Desa Nansarunai.

Ketika itu di desa tersebut berdiam suku Dayak Ma’nyan. Tetapi karena terdesak oleh suku bangsa lain, mereka kemudian meninggalkan tempat asalnya dan berpindah ke tempat lain, seperti ke Kecamatan Dusun Timur (Kabupaten Barito Selatan) dan daerah Tamiang Layang (Kabupaten Barito Timur).

Wadian Dadas yang semua hidup di zaman masyarakat primitif kemudian berkembang di dalam masyarakat tradisional, karena ada perpindahan komunitas Dayak Ma’nyan ke desa lain.

Karungut
Selain tarian tersebut, juga dihadirkan Karungut berupa nyanyian lagu khas Dayak Kalteng yang dibawakan seniman Dayak serba bisa Wilbertus Wilson (57) yang juga menjabat sebagai Kepala Taman Budaya Kalteng.

Wilson diiringi 4 pemain musik ditambah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng, Guntur Talajan yang memainkan alat musik kecapi pengiring.

Menurut Wilson, Karungut kalau di Kalteng dibawakan dengan Bahasa Dayak Ngaju yang dipakai oleh sebagian besar orang Dayak yang tinggal di Kahayan, Kapuas, Katingan, Seruyan, dan Mentaya.

“Khusus di acara ini di Jakarta saya pakai Bahasa Indonesia agar tamu undangan memahami. Liriknya spontanitas saja menceritakan tentang potensi wisata budaya dan alam yang ada di Kalteng,” ungkapnya kepada RonaBudaya usai tampil.

Menurut Wilson wisatawan dan penikmati seni budaya bisa menyaksikan kesenian Karungut, Tari Wadian Dadas, dan sejumlah tarian, lagu daerah  serta teater khas Dayak Kalteng saat penyelenggaraan FBIM 2018 yang digelar oleh Pemprov Kalteng dan didukung Kemenpar di Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas, Kalteng pada 2-6 Mei mendatang.

“Kalau di luar FBIM juga bisa, tinggal menghubungi dan mendatangi Taman Budaya Kalteng di Palangkaraya atau langsung ke sanggar-sanggar seni. Di Kalteng sendiri tercatat ada 364 sanggar seni baik tari, musik, teater, sastra, dan lainnya,” ungkapnya.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1.  Enam penari perempuan Dayak Kalteng membawakan Tari Wadian Dadas di peluncuran Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2018 di Jakarta.
2.   Salah satu penari perempuan Wadian Dadas.
3.   Tari Wadian Dadas menceritakan pengobatan untuk mengusir roh jahat.
4.   Kesenian Karungut khas Dayak Kalteng.
5.   Wilbertus Wilson (57) seniman Dayak sekaligus Kepala Taman Budaya Kalteng (memakai rompi dari kulit kayu) bersama para pemain musik Karungut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar